Category Archives: Lajnah Daimah lil Buhuts Al-‘Ilmiyyah wal Ifta’

ORANG-ORANG YANG MEMBELA ‘ALI AL HALABY MEREKA TIDAK MENGENAL DAKWAH SALAFIYYAH DENGAN SEBENAR-BENARNYA


الدين القيم:

💥❌🔥⛔️ORANG-ORANG YANG MEMBELA ‘ALI AL HALABY MEREKA TIDAK MENGENAL DAKWAH SALAFIYYAH DENGAN SEBENAR-BENARNYA
♨️Pertanyaan :
Syaikhana (wahai guru kami), sebagian ikhwah dari penduduk Oman bertanya : “Di tempat kami terdapat sebagian orang-orang yang menyimpang dari kalangan orang-orang yang mengaku salafy dan diantara mereka ada yang membela Ali Halaby dan Yayasan Ihyaut Turats mereka mentahdzir dari menghadiri dauroh yang dibimbing oleh Asy Syaikh Dr. Muhammad Bin Hadi Al Madkhaly di Dammam, demikian pula mereka mentahdzir dari menghadiri daurah yang dibimbing oleh Asy Syaikh ‘Abdullah Bin Shalfiq Azh Zhafiry di Hafril Bathin, maka apa nasihat engkau dan bimbingan engkau baarakallahu fiikum ?”
💡Asy Syaikh Al ‘Allamah Rabi’ Bin Hadi Al Madkhaly حفظه اللّٰه menjawab :
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول اللّٰه وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد :
▪️Sesungguhnya orang-orang yang membela (Ali) Al Halaby dan orang-orang yang semisalnya dan membela (yayasan) Ihyaut Turats maka mereka tidak mengenal Salafiyyah dan di dalam hati-hati mereka terdapat penyakit.

👉Dan yang menguatkan hal ini ialah mereka mentahdzir dari daurah-daurah Ahlussunnah Salafiyyin seperti Asy Syaikh Muhammad Bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhary demikian pula Asy Syaikh Abdullah Azh Zhafiry.
▪️Maka mereka wajib untuk bertaubat kepada Allah Azza Wa Jalla, dalam hati-hati mereka terdapat penyakit dan mereka tidak mengenal Salafiyyah, seandainya mereka mengenal Salafiyyah (dengan sebenar-benarnya) niscaya mereka tidak akan membela orang-orang tersebut, betapa banyak kesesatan-kesesatan mereka dan betapa banyak bencana-bencana di sisi mereka…

📌السؤال : شيخنا هؤلاء بعض الإخوة من أهل عمان يسألون فيقولون عندنا بعض المنحرفين ممن يدعي السلفية ومنهم من يدافع عن علي الحلبي و عن جمعية إحياء التراث يحذرون من الحضور للدورة التي يشرف عليها الشيخ الدكتور محمد بن هادي المدخلي بالدمام وأيضا يحذرون من الحضور للدورة التي يشرف عليها الشيخ عبدالله بن صلفيق الظفيري في حفر الباطن فما نصيحتكم وتوجيهكم بارك فيكم؟
💥فأجاب الشيخ العلامة ربيع بن هادي المدخلي حفظه اللّٰه :
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول اللّٰه وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد :
📌فإن الذين يدافعون عن الحلبي وأمثاله و عن إحياء التراث هؤلاء لم يعرفوا السلفية وفي قلوبهم مرض ويؤكد هذا أنهم يحذرون من دورات أهل السنة السلفيين مثل الشيخ محمد بن هادي والشيخ عبدالله البخاري والشيخ عبدالله الظفيري كذلك فعليهم أن يتوبوا إلى الله عز وجل، هؤلاء في قلوبهم مرض وما عرفوا السلفية لو عرفوها ما دافعوا عن هؤلاء، كم عندهم من الضلالات كم عندهم من البلايا…
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

telegram.me/dinulqoyyim

TENTANG PENULISAN NAMA MASJID


Salafy Indonesia:

💥⚠🅾🔥 TENTANG PENULISAN NAMA MASJID
‏«الأولى أن لا يُكتب على المسجد اسم من بُني له المسجد؛ حذرا من الغلو فيه، وخوف الرياء»
“Yang utama adalah dengan tidak menulis pada masjid nama pihak yang untuknya dibangunkan masjid tersebut, dalam rangka mewaspadai sikap ghuluw (berlebihan) terhadap orang tersebut dan juga karena dikhawatirkan akan muncul riya’.”

[Fatawa al-Lajnah ad-Daimah, vol. II, jilid 8 hlm. 287]
🌍 Sumber || https://twitter.com/alsalafy/status/749256122712911872
⚪ WhatsApp Salafy Indonesia

⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎

Menikahi Wanita Ahlikitab, Lantas Dia Masuk Islam, Namun Setelah Itu Kembali ke Agamanya Semula


Fatwa Nomor 754 (Nomor bagian 20; Halaman 14-15)

Pertanyaan:

Seorang lelaki menikahi seorang muslimah berinisial (Z A Z), yang sebelumnya beragama Kristen. Kemudian ia meragukan keislaman istrinya itu dan masalah pun muncul di antara keduanya. Hal itu terkuak dengan kepergian si istri tanpa sepengetahuan dirinya ke gereja dan biara. Kemudian ia dikejutkan dengan kepergian istrinya dari rumah di Tanta ke Kairo, lalu ia menelepon dari Kairo meminta untuk ditalak, tetapi ia tidak menalaknya. Lalu saudara si istri datang dan memintanya untuk menalak istrinya dengan menjelaskan bahwa istrinya sudah haram baginya sejak tiga tahun silam karena sudah kembali memeluk agama Kristen. Ia bertanya: “Apakah secara syariat istrinya itu sudah menjadi haram baginya? Bagaimana menurut undang-undang mengenai murtadnya yang tanpa sepengetahuan saya, mengingat saya sudah menggaulinya sejak lima tahun silam dan tidak tahu bahwa ia telah murtad?

Jawaban: Apabila kenyataannya sebagaimana yang diceritakan penanya, maka si istri haram hukumnya bagi si suami karena ia telah murtad. Ia tidak halal baginya kecuali bila bertobat dan kembali ke agama Islam. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ

Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir (QS. Al Mumtahanah 10)

dan Dia berfirman:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka terhapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. (QS. Al Maidah 5)

Pernikahan perempuan tersebut dengan penanya termasuk amalannya yang menjadi terhapus alias batal dengan kemurtadannya. Hukum syariat menetapkan, ia mesti dibunuh kecuali jika bertaubat dari kemurtadannya dan kembali ke dalam agama Islam, berdasarkan sifat umum sabda Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam:

مَنْ بَدَّلَ دَيْنَهُ فَاقْتُلُوهُ

Barangsiapa menukar agamanya maka bunuhlah ia [Diriwayatkan oleh Ahmad, 5/231; shahih]

Hukum di atas berlaku baik murtadnya itu atas sepengetahuan si suami maupun tidak. Namun, dalam masalah hubungan suami istri dan percintaannya dengan si istri, si suami masih dimaafkan selama ia tidak mengetahui kemurtadannya. Adapun pertanyaan: “Apa hukum perundang-undangan dalam masalah murtad tanpa sepengetahuan saya”, pertanyaan seperti ini tidak pantas untuk diajukan kepada lembaga keislaman, karena berhukum ke selain yang diturunkan oleh Allah itu termasuk perbuatan kufur, zalim dan fasik. Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Lajnah Daimah lil Buhuts al Ilmiyyaah wal Ifta’ (Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

Wakil Ketua : Abdurrazzaq Afifi

Anggota        : Abdullah bin Abdurrahman bin Ghadyan

Anggota        : Abdullah bin Sulaiman bin Mani`

Dinukil Dari :

http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaChapters.aspx?languagename=id&View=Page&PageID=7504&PageNo=1&BookID=3

DOWNLOAD AUDIO:

Sesi Tanya Jawab:

DAUROH FIQH IBADAH BAB. PERNIKAHAN (Pertemuan ke-5)

Pemateri : Al Ustadz Qomar Su’aidi, Lc hafidzahullohu ta’ala

Tanggal  : 8 Jumadil Awal 1438 H/5 Februari 2017

Tempat   : Masjid DIPONEGORO Pleburan Universitas Diponegoro Semarang

Link Download:

HUKUM BERJALAN DALAM KEADAAN SHALAT UNTUK MENCARI SUTROH


Fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz & Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahumallah.

✏ Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah :

Makmum ketika imam telah salam, maka ia menjadi munfarid/sendirian.  Maka dalam keadaan ini -sutroh imam adalah sutroh baginya (makmum) – tidak berlaku lagi, karena si imam saat ini bukan lagi imam, ia sudah berpindah dari posisinya sebagai imam.

Namun setelah itu jika makmum kembali berdiri meneruskan shalat, apakah disyari’atkan bagi makmum untuk mencari sutroh? Yang nampak bagiku, TIDAK DISYARIATKAN untuk mencari sutroh. Karena para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika mereka masbuk dan hendak menyelesaikan sisa shalatnya, mereka TIDAK LAGI MENCARI SUTROH. Lalu jika kita katakan bahwa sebaiknya mencari sutroh, atau bahkan wajib bagi yang berpendapat wajibnya sutroh, maka pada umumnya diperlukan melangkah dan gerakan yang tentunya tidak bisa kita bolehkan KECUALI DENGAN DALIL YANG TEGAS.
Maka yang nampak disini, kita katakan kepada makmum bahwa sutroh anda sudah berakhir dengan berakhirnya imam dan ANDA TIDAK PERLU MENCARI SUTROH. KARENA TIDAK ADA DALIL MENGENAI MENCARI SUTROH DI TENGAH-TENGAH SHALAT. Yang ada dalilnya adalah mencari sutroh SEBELUM mulai shalat.”

(Liqa Babil Maftuh, kaset no. 155, fatwa no. 16, Al Mausu’ah Asy Syamilah)

سترة الإمام سترة للمأموم أثناء الصلاة:
________________________________________
السؤال: نعلم بأن سترة الإمام سترة للمأموم، فإذا انتهى الإمام من صلاته وقام المأموم يقضي فهل تستمر سترة الإمام سترة للمأمومين، أو يكون الإمام سترة للمأموم بعد انفراده؟
________________________________________
الجواب: المأموم لما سلم الإمام صار منفرداً فلا تكون سترة الإمام سترة له حتى الإمام الآن ليس بإمام؛ لأنه انصرف وذهب عن مكانه، لكن هل يشرع للمأموم بعد ذلك إذا قام يقضي ما فاته أن يتخذ سترة؟ الذي يظهر لي: أنه لا يشرع، وأن الصحابة رضي الله عنهم إذا فاتهم شيء قضوا بدون أن يتخذوا سترة، ثم لو قلنا: بأنه يستحب أن يتخذ سترة، أو يجب على قول من يرى وجوب السترة، فإن الغالب أنه يحتاج إلى مشي وإلى حركة لا نستبيحها إلا بدليل بين، فالظاهر أن المأموم يقال له: سترة الإمام انتهت معك وأنت لا تتخذ سترة؛ لأنه لم يرد اتخاذ السترة في أثناء الصلاة، وإنما تتخذ السترة قبل البدء في الصلاة.

الموسوعة الشاملة – لقاءات الباب المفتوح – للشيخ بن عثيمين شريط رقم 155

✏ Fatwa Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah

حكم من مشى خطوات من أجل السترة

أرى البعض من الشباب إذا سلم الإمام من الصلاة وبقي على هذا الشاب بعض الركعات فإنه يتقدم بعض الخطوات إلى الأمام؛ لكي يمنع المارين عن المصلين الآخرين، فهل فعله هذا صحيح، وهل خطواته تلك تبطل الصلاة؟

PERTANYAAN

Saya melihat pada sebagian pemuda jika imam shalat telah salam (selesai) dan tersisa untuk pemuda ini beberapa rakaat maka dia melangkah/berjalan beberapa langkah ke depan untuk mencegah orang yang lewat dari jamaah shalat yang lain, apakah perbuatan ini benar dan apakah melangkah ini membatalkan shalat

لا يضره إن شاء الله، خطوات يسيرة حتى يمر الناس من وراءه لا يضره ذلك إن شاء الله إن كان بقي عليه صلاة قضى، لكن كونه يبقى في مكانه ويصلي في مكانه الحمد لله، أولى من التقدم.

Jawab

Tidak memudharatkan/membatalkan shalatnya in syaa Allah. Melangkah sedikit sehingga orang-orang bisa lewat di belakang orang yang shalat, ini tidak membatalkan shalatnya, in syaa Allah. Jika masih ada raka’at yang tersisa, maka sempurnakanlah.

NAMUN jika ia TETAP pada tempatnya, shalat TETAP pada tempatnya, alhamdulillah, ini LEBIH UTAMA DARIPADA MELANGKAH”.

حكم من مشى

مشى خطوات من أجل السترة | – http://www.binbaz.org.sa/mat/14420

Semoga bermanfaat

أخوكم،..
أبو بلال المكسري

WA SAS

WA Ittiba’us Sunnah

Dinukil dari: http://ittibaus-sunnah.net/hukum-berjalan-dalam-keadaan-shalat-untuk-mencari-sutroh/

Ziarah Ke Kuburan Pada Hari Pertama Dan Hari Terakhir Pada Bulan Rajab


Pertanyaan Ketiga Fatwa no. 8818 (Bab 9, Halaman no 114)

Pertanyaan 3:

Beberapa orang terbiasa berziarah ke kuburan pada hari pertama dan terakhir pada bulan Rajab. Apakah hal ini diperbolehkan?

Jawaban:

Hal ini tidak diperbolehkan untuk menentukan pada hari dan tahun tertentu seperti pada hari Jumat atau hari pertama di bulan Rajab atau hari lain untuk berziarah ke kuburan karena hal ini tidak ada dalil yang mendukungnya. Akan tetapi diperbolehkan untuk berziarah ke kuburan pada hari biasa, tanpa menentukan hari tertentu.

Diperbolehkannya untuk berziarah ke kuburan hal ini didasarkan pada hadis dimana Rosululloh shalallohu ‘alaihi wassalam bersabda,” Berziarahlah ke kuburan untuk mengingatkan kamu tentang akhirat” (Shahih Muslim Dalam Kitab Jenazah No. 976).

Wabillahi taufiq Washalallohu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi wa shahibihi ajmain

Lajnah Daimah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal Ifta’

Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Wakil Ketua: Abdul Razzaq` `Afify

Anggota :

‘Abdullah ibn Ghudayaan

`Abdullah ibn Qa`ud

Diterjemakan dari :

http://alifta.net/Fatawa/FatawaChapters.aspx?languagename=en&View=Page&PageID=331&PageNo=1&BookID=10